Langkau ke kandungan utama

Catatan

Tunjukkan catatan dari April, 2015

tanpa tajuk : episod rindu pada bapak & Ilmi

Assalamualaikum w.b.t. pengecutkah aku tersungkur jatuh pada kenangan lalu tanpa mampu untuk bangkit maju   puas sudah menangis menderitai pada kehilangan dan pergi pertemuan yang tiada kembali     pendustakah aku menerima kisah termaktub padahal tiap ujian aku melutut menangis sendiri, bicara padaMu kalau aku sebenarnya tidak mampu   kata mak, 'kerna kita insan yang kuat...'   padahal aku menangis ini.   justeru kita insan kerdil yang pasti menangis pada luka kecil. 

episod hati harus kuat- rindukan bapa

  Rinduku pada bapa tidak dimengerti pada diri sampaikan aku harus bertanya kenapa menangis lagi?     dan aku ingin bertanya lagi sejauh mana kasihku padanya? aku fikir aku terlalu rindu tapi aku juga merasakan semakin jauh jadi, aku ini benar merindukan bapa?     aku menangis tatkala rindu menerpa sampai satu masa aku pas kan rindu saja mesti menagis jadi bukan pedih, aku menangis, demi menawarkan kerinduan?     pada hati yang tersangkakan terluka disentap pada tiap kerinduan harus terus kuat kerna rindukan bapa tiada noktahnya sampai saat dipertemukan semula moga rindu ini mengajarkan untuk menghargai pada tiap momen dulu yang tiada tergantikan.

Our happy Time

Assalamualaikum w.b.t. Selepas membaca novel tulisan penulis korea tersebut berjudul 'Our Happy Time', lama aku termenung. Berfikir dan membilang, juga bertanya pada diri, sejauh itukah dendam dan sedih yang terperangkap dalam diri? Tidak, setidaknya aku punya cinta meski akhirnya ditinggalkan pergi.   Tapi.... Aku seolah memahami situasi itu, kedua peran sungguh mengemosikan. Hampir aku mengutuki diri, 'ah, apa kau tahu,Laila'.   Tapi.... Ini juga bukan bermakna kisah ku cuma sekadar sedih yang biasa. Tuhan tidak mungkin menguji di luar kemampuan hambaNya. Maknanya, tiap dari kita diberi ujian setimpal dengan kemampuan kita. Aku, ini limit ku. Begitu juga dia. Ya, kadang saat melihat orang senang kita berfikir betapa untung orang senang itu, padahal ada perkara yang dia juga tidak tertanggungkan. Dan saat melihat orang susah yang lain, kita jatuh kasihan pada nasib malangnya, padahal kesusahannya itu sesuatu yang dia menangkan, bisa tertanggungkan. Adil