Langkau ke kandungan utama

Catatan

Tunjukkan catatan dari Mei, 2015

warga tak bernegara

Kemanusiaan kalau kau tidak punya apa-apa tidak berhak hidup di mana-mana   mungkin, tempat kau bukan di bumi tapi planet yang lapan lagi?   saudara? dunia sudah memisahkan saudara kau bisa diusir dan dijual kau bisa dinilaikan dengan wang yang nilainya jauh lebih murah dari makhluk lainnya   saat saudara senasib mu di Tanah sana memilih untuk mengangkat senjata kau malah memilih untuk diseludup nasib kau taruh kerna Tanah mu sudah tutup untuk kelompok minoriti seperti mu   mana suara dunia yang mengangkat kata kemanusiaan? tiada mata simpati kalau ada pun cuma bersuara di sesawang prihatin bertambah tapi nasib mu tak ubah kalau pun hidup hidup di antara diperbodoh dan memperbodoh jatuh nilaimu sebagai manusia   dunia melahirkan banyak manusia seumpama ku lontarkan kata kasihan padahal jauh sekali hulurkan tangan kerna aku ada identiti nasionalis aku warga bernegara    

penghujung semester 2 (2014/2015)

Assalamu'alaikum w.b.t. Kawan, semester bakal berlabuh kalau panjang umur kita bertemu kalau kau masih mahu berkawan denganku.   kerna aku tiada apa yang bisa ku berikan dan aku tidak pandai berjenaka bukan pula berharta apatah lagi menawan   pernah. aku fikir kawan sampai akhirat rupanya masa berjauhan semuanya tamat.   pernah. aku fikir kami akrab rupanya aku bosan kerna bersua terlalu kerap.   jadi. tali persahabatan kita entah berapa panjang lagi. kalau aku pergi, menangiskah kau? atau kalau kau pergi, menagiskah aku?     kerna yang disebut sebagai persahabatan itu terlalu rumit ada yang bilang ianya kadang muncul di saat-saat akhir. saat pertemuan tiada lagi. yang hangatnya rasa sayang tidak dapat dirasa tapi wujud. maka, dmana pun kau letak hatimu untukku, aku mohon doakan aku.   dalam hidup ini, kawan pertama ku adalah adikku selebihnya adalah kawan yang ku anggap adik-beradik.   sunyi sunggu

Catatan seorang demonstran-bahagian satu.

Assalamu'alaikum w.b.t.   Belum sampai separuh ku baca buku ini, Catatan seorang demonstran karya Soe Hok Gie. Lantas aku memutuskan untuk menulis sedikit 'experience' membacanya, di mana ia bukan tertuju buat anak muda yang mahu berdemonstrasi tapi mengajar kita untuk menilai diri sendiri yang digelar sebagai mahasiswa/i.   Seo Hok Gie sendiri tidak merencana untuk 'menjual' tulisan yang merupakan diarinya ini kerna menurutku, (hasil menonton filemnya GIE), dia orang yang aktif menulis justeru, helaian diari ini fasa satunya sebelum membicarakan buah fikirnya kepada umum.   Inilah yang membuatkannya unik berbanding tulisan lain di luar sana kerna tulisannya bukan 'sesuatu yang dirancang' dan wujud unsur kejujuran dan lantang. Unsur yang sukar ditemui di mana-mana tulisan pun.   Sebagai anak muda, seorang siswi, aku malu pada Seo Hok Gie, aku seumpama si bodoh yang tidak tahu apa pun. Aku bertanya semula pada diri, apa yang aku fikirkan sela

antara siang dan malam

Ada orang yang mahukan siang kerna  mentari terang ada orang mahukan malam kerna gelap dan kecewa tapi aku mahu keduanya kerna mimpi bisa di duanya   lambaian tangan seolah berbicara, 'aku baik-baik saja' 'usah menangis terus,' 'majulah ke depan'.   dan aku mahu tidur lagi berharap untuk bertemu kerna aku rindu kamu, sayang kamu   aku tidak akan memilih di antara siang atau malam selama mata bisa ku pejam.

Forgotten Country

Assalamu'alaikum w.b.t.   Di tiap akhir pembacaan, habitku menulis nama dan sedikit kata-kata bersangkutan pemahaman dan isi yang ku peroleh, padat dan ringkas. Jadinya, bila aku tatap lagi tulisan itu, aku akan ingat keseluruhan cerita, ahh lebih kepada emosiku sebenarnya ketika membaca buku tersebut.   Menangis ketika membaca sesebuah buku suatu yang biasa. Tapi buku ini, Forgotten country tulisan Catherine Chung, membuat aku menangis saat aku tulis 'emosi' itu.   Aku suka membaca tulisan Indonesia kerna bahasanya terasa dekat. Jujur. Meski lewah, ada keindahan. Tapi buku tulisan Inggeris harus dibaca dalam Inggeris dan memungkinkan aku tertinggal trek pemahaman. Bagi ku buku ini bukan yang ku cari tapi tidak bisa ku tinggal.   Seorang teman pernah berkata, 'apa yang kau cari dengan membaca?' 'Tidak tahu. Aku cuma suka  membaca'. 'Mesti tidak kau faham semua?' Aku angguk.   Dan inilah bezanya aku dengan orang-orang pinta