Assalamualaikum w.b.t
Saya tidak mampu untuk menafikannya lagi. Saya rindukan dia. Dia dan memori lalu. Ada teman berkata, adakalanya yang dirindukan itu bukanlah seseorang, tetapi memori tersebut. Tapi bagi saya, keduanya. Meskipun dia berubah, tetap saya rindukannya.
Terlalu ingin saya hampirinya, dengan apa jua sekalipun kondisinya. Tidak perlu jiwa keanakan, aksi nakal dan bicara manis. Cukup dia. Ya, cukup dia ada di sisi dan saya ada di sisinya.
Sewaktu bersama melalui hari-hari awal remaja, saya selalu bertanya apa agaknya pengakhiran kisah kami. Sampailah waktu dan jarak melenyapkan semuanya. Tiada yang tinggal melainkan dia. Bukan kenangan bersama. Apa lagi memori indah. Ya, saya hanya bisa mengingat kembali andai membaca bait-bait berukir jawi dan roman di buku lama. Mungkin, dakwat itu juga akan pudar seiring masa yang berlalu. Apa yang tinggal nanti hanya memori tanpa pembuktian. Jadi, selagi saya masih mampu mengingat dengan siapa saya pernah mencipta kenangan maka selagi itulah saya akan merindukannya. Mungkin bukan setiap masa, tapi ada masanya.
Dia yang tertuju buat kamu. Tanpa perlu bersusah payah menjejak, kamu hadir di depan saya lagi. Walau bukan secara langsung, dari jauh pun cukup. Alhamdulillah, kamu baik-baik sahaja. Dahulu, saya runsing bagaimana lagi harus saya lakukan untuk kamu dan masa depan kamu. Ternyata kamu telah mencari dan menemui jalan itu. kita ada Dia, Dia yang menjaga kamu. Alhamdulillah.
Setelah sekian lama, ahh padahal baru setahun dua tahun, terasa lama ya. Saya tertanya apa mungkin wajar untuk saya hadirkan diri saat ini? Atau mungkin biar rindu ini menyiksakan? Atau biarkan masa menentukan saat pertemuan semula kita? Tidak di sini, di sana nanti? InshaAllah.
Kamu, andai ada peluang buat kita mencipta kenangan lagi, ayuh kita realisasikan impian yang tidak tertunai dahulu. Memikirkannya saja saya hilang kata. -tarik nafas panjang- hembus perlahan- kesat air mata. Terlalu ingin saya berada di waktu itu, tapi saya tidak tahu apa mungkin ada lagi helaian tertinggal untuk kita berdua. Lembaran kita, rahsiaNya. Situasi beginilah yang membuat saya teringin sekali muncul di hadapan kamu.
Rindu sekali mendengar suara kamu, seruan menuju kejayaan.
(Aku akur, sebagaimana perginya dia,begitulah dirimu, setidaknya diberi pinjam sementara. Allah tahu, dahulu perlukan kamu di sisi, sekarang, aku begini, berada di sini. alhamdulillah. Kamu, yang tertuju buat dia, moga baik-baik selalu-kak Lai)
Saya tidak mampu untuk menafikannya lagi. Saya rindukan dia. Dia dan memori lalu. Ada teman berkata, adakalanya yang dirindukan itu bukanlah seseorang, tetapi memori tersebut. Tapi bagi saya, keduanya. Meskipun dia berubah, tetap saya rindukannya.
Terlalu ingin saya hampirinya, dengan apa jua sekalipun kondisinya. Tidak perlu jiwa keanakan, aksi nakal dan bicara manis. Cukup dia. Ya, cukup dia ada di sisi dan saya ada di sisinya.
Sewaktu bersama melalui hari-hari awal remaja, saya selalu bertanya apa agaknya pengakhiran kisah kami. Sampailah waktu dan jarak melenyapkan semuanya. Tiada yang tinggal melainkan dia. Bukan kenangan bersama. Apa lagi memori indah. Ya, saya hanya bisa mengingat kembali andai membaca bait-bait berukir jawi dan roman di buku lama. Mungkin, dakwat itu juga akan pudar seiring masa yang berlalu. Apa yang tinggal nanti hanya memori tanpa pembuktian. Jadi, selagi saya masih mampu mengingat dengan siapa saya pernah mencipta kenangan maka selagi itulah saya akan merindukannya. Mungkin bukan setiap masa, tapi ada masanya.
Dia yang tertuju buat kamu. Tanpa perlu bersusah payah menjejak, kamu hadir di depan saya lagi. Walau bukan secara langsung, dari jauh pun cukup. Alhamdulillah, kamu baik-baik sahaja. Dahulu, saya runsing bagaimana lagi harus saya lakukan untuk kamu dan masa depan kamu. Ternyata kamu telah mencari dan menemui jalan itu. kita ada Dia, Dia yang menjaga kamu. Alhamdulillah.
Setelah sekian lama, ahh padahal baru setahun dua tahun, terasa lama ya. Saya tertanya apa mungkin wajar untuk saya hadirkan diri saat ini? Atau mungkin biar rindu ini menyiksakan? Atau biarkan masa menentukan saat pertemuan semula kita? Tidak di sini, di sana nanti? InshaAllah.
Kamu, andai ada peluang buat kita mencipta kenangan lagi, ayuh kita realisasikan impian yang tidak tertunai dahulu. Memikirkannya saja saya hilang kata. -tarik nafas panjang- hembus perlahan- kesat air mata. Terlalu ingin saya berada di waktu itu, tapi saya tidak tahu apa mungkin ada lagi helaian tertinggal untuk kita berdua. Lembaran kita, rahsiaNya. Situasi beginilah yang membuat saya teringin sekali muncul di hadapan kamu.
Rindu sekali mendengar suara kamu, seruan menuju kejayaan.
(Aku akur, sebagaimana perginya dia,begitulah dirimu, setidaknya diberi pinjam sementara. Allah tahu, dahulu perlukan kamu di sisi, sekarang, aku begini, berada di sini. alhamdulillah. Kamu, yang tertuju buat dia, moga baik-baik selalu-kak Lai)
Ulasan
Catat Ulasan