Melewati hari untuk sekian kalinya, pasti ia suatu yang penat bukan?
Hari-hari susah, penuh liku, ujian seperti tiada kesudahan.
Matahari tidak kunjung tiba di sini, bagaimana dengan harimu? Mungkinkah saat ini kau sedang menikmati hangatnya sinar mentari? Langit birumu diliputi awan putih? Atau gumpal abu-abu sudah memenuhi?
Di sini, air hujan tidak pernah henti mencurah. Kalaupun berhenti sekejap, langit dan awan bersatu, menutupi sinar mentari dan cahaya bulan juga tidak mampu tembus.
Bintang-bintang yang selalu ada, kerlipnya saja tidak mampu menyinar hari di sini. Ia cuma kelihatan kelam dan sepi.
Tatkala mentari dan bulan mengganti hari, kapan mungkin hangatnya jujur sampai ke hati? Dinginnya saja yang selalu ia bawa ke mari.
Apabila bayu menyapa, ia bilang "musim bakal beralih". Dari jauh kicau burung dan wangi bunga sudah sedia datang tapi akankah ia benar jujur ke hati?
Marilah sirami lagi bumi yang sudah becak. Banjir saja belum tentu membersih pergi kotor dan duka. Ia mungkin berisi lumpur dan tatkala ia sudah puas muntah, lumpur palit lantai bumi sana sini.
Hari apa ini? Oh, satu lagi hari susah dilewati dan esok masih berbaris hari susah menanti.
Apabila mentari kunjung tiba, sepinya bayu juga menduga hati. Kerna langit biru terlalu biru. Ke mana kau awan putih? Sepertinya bumi rindukan air. Minta ia disirami menutupi rekah tanahnya umpama retak hatinya.
Today, it is hard right?
Matahari, awan, langit, bayu, bulan, bintang, dan hujan, peluk hari dalam hangat dinginmu. Moga pelukanmu sampai ke hati kami. Semoga....agar... ibarat daun gugur yang tidak membenci angin.
Ulasan
Catat Ulasan