Assalamualaikum w.b.t
Buat sekian kalinya hatiku diketuk rasa serba salah. Selain ego, rasa takut melebihi segalanya. Siapa aku untuk menerima 'nya' sedangkan boleh jadi di luar sana ramai saudaraku yang lebih memerlukan.
Aku dilema. Diantara menerima keikhlasan dengan keberatan diri. Aku bukanlah mewah, tapi kemiskinan ini bukan alasan kukuh untuk ku.
Sesungguhnya, aku memahami niat mereka, rakan-rakan persekolahan yang mungkin tidak sepenuhnya ku kenali, ku dekati atau mungkin ku hargai. Mereka berhati mulia. Cuma hati ini masih berkeras, kuat mengatakan kalau di luar sana masih ada yang memerlukan. Siapa aku untuk menyenangi sumbangan?
Siapa pun kalian, tanpa ku ketahui siapa dan siapa lagi, ingin sekali ku ucapkan secara depan-depan, aku terlalu berat kawan. Wang, bisa dicari dimana-mana, aku mampu. InsyaAllah tiap semester terlalu cukup untuk ku belanjakan biasiswaku. Kalau saja diawalnya ku ketahui perkara ini, ingin sekali ku suarakan, tidak usah, tidak payah.
Malu aku kawan. Malu padaNya.
Ya, Tuhan. Cuma Engkau ketahui hati hambaMu.
....
...
..
.
Ya, Tuhan. Ujian apakah ini?
...
..
.
Ya, Tuhan. Ujian apakah ini?
#petang tadi rakan-rakan ku, Dwi, Susi, Widai, Marwisah dan adik Shariani, datang berkunjung. Ku kira ia sekadar ziarah usai lebaran, rupanya turut menyampaikan sumbangan. Terlalu besar nilai sumbangan ini kawan. Iya benar-benar ujian teruntukku. Jazakumullah hu khairan khatirah. Cuma Allah yang bisa membalas jasa kalian. Siapa pun kalian... syukran jazilan. Dan inilah sebabnya kenapa ku diamkan pemergian bapaku. Tanpa ku beritahukan kalian. Aku berat pada hal-hal berupa begini. Dan aku arif kalau aku tidak sampai hati menolak.
Ulasan
Catat Ulasan