Selamat petang
Untuk sekian kalinya entry sorotan pembacaan ditangguh lagi.
Seperti biasa, aku singgah untuk menyapa. Berkongsi rasa yang hangatnya adalah dingin.
Ada beberapa episod aku memilih untuk bersembunyi. Aku fikir kita lupa. Rumit konklusinya, aku ada dalam isolasi tetapi tetap menyandang watak. Bukan major pastinya.
Memilih untuk hidup dalam diam tidak sepi seperti yang disangka. Kerna kita ahli dalam masyarakat, yang tidak mungkin melepaskan satu nyawa pergi tanpa secalit coretan. Bagusnya mahupun buruknya kita.
Mulanya aku fikir kerna takutnya aku pada keburukanku. Nyatanya sebagus apa pun orang pandang pada kita kalau kita sendiri tahu betapa buruknya diri sendiri.
Kerna aku percaya setiap diri adalah watak utama bagi hidupnya. Ada watak sampingan yang kita tanda posisinya. Semahu kita letak dimana pentingnya dia dalam hidup kita. Dan kita bisa mengawal baik dan buruknya diri kita. Kerna watak utama matlamat utamanya menemui jalan kebaikan maka kita berusaha menghapuskan kejahatan yang menggoda meski adakalanya kita tewas.
Di satu sudut lain, ternyata kita juga berperanan sebagai watak sampingan dan adakalanya ditandai dengan markah bagus-bagus. Padahal boleh jadi di layar sendiri kita perlu menghadapi pembalasan atas kejahatan tadi.
Jadi, di mana sebenarnya kita? Watak apa yang ingin kita sandang?
Sampai satu detik, baru aku sedar rupanya definisi tiap orang bisa beda-beda. Persepsi dan view juga beda. Tentang apa yang bagus, apa yang buruk.
Kerna sekarang layarku mengalami krisis, apa saja pada layar orang lain bukanlah bidangku. Mana lagi punya waktu menandai watak minor di layarku, siapa pun kalian, semoga dalam kesejahteraan dan perlindungan Allah yang Esa.
Dan siapa pun aku di layar kalian, apa perlu aku peduli sama jalan hidup kalian? Aku fikir aku sudah pergi dengan senyap.
Ulasan
Catat Ulasan