Langkau ke kandungan utama

Catatan

Tunjukkan catatan dari 2015

kucing tak bernama

Assalamualaikum w.b.t. Kucing adalah antara peliharaan yang kami ada yang kadang ada yang kadang tiada. eh? Maksudku, keadaannya itu tidak berterusan... kadang pergi tanpa berita dan tidak kurang juga yang pergi di depan mata kami, maka kami selalu menjadi persinggahan makhluk ini. Sampai yang kami punya sekarang, tempohnya bersama kami kalau dihitung belum cukup dua belas bulan, entah kurang berapa, aku juga tidak pasti. kucing Mahallah Sumayyah, k bidik awal tahun 2015. Tiada copyright, nama kucingnya saja aku tidak tahu. Versi kuak lentang juga ada, tapi tidak dimuat naik, aurat kan. haha. (canda)   Foto yang di atas itu, pastilah bukan kucing di rumah kami. Soalnya, kalau yang di rumah tu, ndak da sosok atau figure posing ya. Paling-paling lagi mahu ketip kamera, kucingnya gerak melulu, maju ngesel-ngesel badan ke kita atau langsung ngesel saja ke kamera. Iya, itulah karakter kucing di rumah kami sekarang ini. Kucing tak bernama.Sudah menghampiri dua belas bulan ia

tinggal pergi

Assalamualaikum w.b.t. & selamat malam      Hari ni saya tertinggal buku 'The Alchemist' karya Paulo Coelho di perhentian bas Mahallah Nusaibah. Sekitar jam 12, saya dan Chua menuju keluar membeli barang harian dan kemudiannya kembali ke uia sekitar jam 3. Dalam tempoh itu, tangan saya asing sekali tanpa buku. ceh. Hahaha. Bukan menunjuk, tetapi saya ada masalah untuk tampil di hadapan khalayak, kalau bukan sekadar skrol-skrol hp, saya genggam buku. Adalah teman yang tidak akan khianat dan mungkir, itulah erti buku bagi saya.      Sesampai kami di bilik, saya baru tersedar kalau fizik buku tu ternyata tiada di beg saya. Haru jadinya. Dalam hujan berangin tadi saya redah ke perhentian bas Nusaibah. Appearance? Sekadar menutup aurat, kawan. "The Alchemist" merupakan salah satu daripada senarai buku yang saya ingin miliki semester ini. Sedikit lagi hati saya goyah, 'ah, beli saja yang baru...' Tapi dalam goyah begitu, kaki saya laju saja melangkah.    

mengerti

Assalamualaikum & selamat malam      Jangan pernah berfikir yang kamu memahami seseorang sehinggalah kamu meletakkan diri kamu ke dalam kondisinya. Mungkin, kita beranggapan bahawa kita bisa memahami tetapi besar kemungkinan itu cuma imaginasi. Kenapa saya bilang begitu? Kerana kita datang dari variasi latar belakang , contohnya, saya datang dari masyarakat pekebun kecil sawit tapi belum tentu anak-anak pekebun kecil lainnya bisa memahami kondisi saya bilamana faktor pendidikan dan saiz keluarga diambil kira. Apatah lagi untuk anak kota untuk memahami kondisi kami? saya?       Waktu mula-mula menginjakkan kaki ke pengajian tinggi, saya selalu tertanya-tanya kenapa ada dalam kalangan anak pekebun kecil di perkampungan saya yang tidak betah melanjutkan pengajiannya. Kadang ada yang cuma sambung separuh jalan. Apabila berada di situasi itu, baru saya faham, terlalu banyak perkara yang terlalu rumit untuk kami mengerti dan jalani. Bayangkan saja kawan, sampainya kami di sini, a

malu

Assalamualaikum & selamat malam.      Kelmarin, saya menemani seorang teman untuk menjaja jajan di kaki lima bangunan kuliah kami, atau lebih tepat lagi di kaki lima kelas kami, di lantai satu itulah. Entah kenapa, ia bukanlah perkara yang asing, tetapi malu menyapa. Kamu tahu, saya bentak banyak kali hati, 'kenapa?'      Malu?  Kenapa?     Betapa banyak hal yang diperbuat yang lebih memalukan berbanding menjaja jajan di kaki lima. Apabila diri mengharap pada penilaian sesama makhluk, beginilah jadinya. Walhal, redha Allah la yang patut dicari. Saya rasa bukan setakat ini sahaja, betapa banyak hal lain lagi yang selayaknya diperbuat dengan rasa bangga tapi ditatangi dengan rasa malu. Manusia, bangkit dari lenamu! Selama kau berpegang pada penilaianNya, tiada apa yang bisa memalukanmu. Hal yang baik sepatutnya diraikan. Berhenti membilang nilaimu dihadapan sesama makhluk!

apologi

Assalamualaikum & salam sayang (hahaha)      Lama juga menyepi dari laman ni. Ada beberapa komen yang tidak berbalas, ya ampunn.. saya mohon apologi di atas kelalaian saya ini. Semenjak beberapa bulan lepas, saya tumpukan pada hal-hal lain. Mungkin 'bahana' subjek semester lepas menyebabkan saya perlu melarikan diri SEKEJAP dari dunia tulis-tulis ni. *kedua tangan pegang kepala*      Ada beberapa buku yang sudah saya hadam, tapi tidak berkesempatan untuk dikongsikan intinya. Bahkan buku Gie itupun saya tidak berupaya untuk menyambung sesi terdahulu. Haha. Kerja separuh-separuh, jangan ditiru!      Perkhabaran yang baik, ah dilema nih, mendapat invitasi (wujud ka istilah tu?) untuk melanjutkan pengajian master di kuliah ICT di IIUM ini juga, tapi masih punya sisa dua semester (termasuk semester ini). Masih panjang waktunya untuk memilih, boleh jadi juga waktu yang cukup untuk menetapkan pendirian. hahaha. Saat ada teman yang istikharah untuk peneman hidup, saya p

rumah bahagia

Kami ditinggalkan lagi satu demi satu pertemuan kami diakhiri   rumah bahagia yang kami bangun hilang serinya, hilang gah nya   kerna perpisahan terlalu pedih ada yang hidup tapi pergi jauh dan aku juga berkira-kira hendak melangkah jauh dari rumah ini   mak berkata, bertahanlah, nak. kita tetap utuh di rumah ini bukan kerna kita kuat tapi kerna kita tidak mahu rumah ini runtuh satu-satunya kenangan yang kita ada.   biar kita tetap di sini biar kalau mereka pulang ada yang sapa biar mereka tahu bahawa jauh mana pun mereka pergi, di sini ada kita yang selalu menanti   rumah ini jangan diruntuh. 

warga tak bernegara

Kemanusiaan kalau kau tidak punya apa-apa tidak berhak hidup di mana-mana   mungkin, tempat kau bukan di bumi tapi planet yang lapan lagi?   saudara? dunia sudah memisahkan saudara kau bisa diusir dan dijual kau bisa dinilaikan dengan wang yang nilainya jauh lebih murah dari makhluk lainnya   saat saudara senasib mu di Tanah sana memilih untuk mengangkat senjata kau malah memilih untuk diseludup nasib kau taruh kerna Tanah mu sudah tutup untuk kelompok minoriti seperti mu   mana suara dunia yang mengangkat kata kemanusiaan? tiada mata simpati kalau ada pun cuma bersuara di sesawang prihatin bertambah tapi nasib mu tak ubah kalau pun hidup hidup di antara diperbodoh dan memperbodoh jatuh nilaimu sebagai manusia   dunia melahirkan banyak manusia seumpama ku lontarkan kata kasihan padahal jauh sekali hulurkan tangan kerna aku ada identiti nasionalis aku warga bernegara    

penghujung semester 2 (2014/2015)

Assalamu'alaikum w.b.t. Kawan, semester bakal berlabuh kalau panjang umur kita bertemu kalau kau masih mahu berkawan denganku.   kerna aku tiada apa yang bisa ku berikan dan aku tidak pandai berjenaka bukan pula berharta apatah lagi menawan   pernah. aku fikir kawan sampai akhirat rupanya masa berjauhan semuanya tamat.   pernah. aku fikir kami akrab rupanya aku bosan kerna bersua terlalu kerap.   jadi. tali persahabatan kita entah berapa panjang lagi. kalau aku pergi, menangiskah kau? atau kalau kau pergi, menagiskah aku?     kerna yang disebut sebagai persahabatan itu terlalu rumit ada yang bilang ianya kadang muncul di saat-saat akhir. saat pertemuan tiada lagi. yang hangatnya rasa sayang tidak dapat dirasa tapi wujud. maka, dmana pun kau letak hatimu untukku, aku mohon doakan aku.   dalam hidup ini, kawan pertama ku adalah adikku selebihnya adalah kawan yang ku anggap adik-beradik.   sunyi sunggu

Catatan seorang demonstran-bahagian satu.

Assalamu'alaikum w.b.t.   Belum sampai separuh ku baca buku ini, Catatan seorang demonstran karya Soe Hok Gie. Lantas aku memutuskan untuk menulis sedikit 'experience' membacanya, di mana ia bukan tertuju buat anak muda yang mahu berdemonstrasi tapi mengajar kita untuk menilai diri sendiri yang digelar sebagai mahasiswa/i.   Seo Hok Gie sendiri tidak merencana untuk 'menjual' tulisan yang merupakan diarinya ini kerna menurutku, (hasil menonton filemnya GIE), dia orang yang aktif menulis justeru, helaian diari ini fasa satunya sebelum membicarakan buah fikirnya kepada umum.   Inilah yang membuatkannya unik berbanding tulisan lain di luar sana kerna tulisannya bukan 'sesuatu yang dirancang' dan wujud unsur kejujuran dan lantang. Unsur yang sukar ditemui di mana-mana tulisan pun.   Sebagai anak muda, seorang siswi, aku malu pada Seo Hok Gie, aku seumpama si bodoh yang tidak tahu apa pun. Aku bertanya semula pada diri, apa yang aku fikirkan sela

antara siang dan malam

Ada orang yang mahukan siang kerna  mentari terang ada orang mahukan malam kerna gelap dan kecewa tapi aku mahu keduanya kerna mimpi bisa di duanya   lambaian tangan seolah berbicara, 'aku baik-baik saja' 'usah menangis terus,' 'majulah ke depan'.   dan aku mahu tidur lagi berharap untuk bertemu kerna aku rindu kamu, sayang kamu   aku tidak akan memilih di antara siang atau malam selama mata bisa ku pejam.

Forgotten Country

Assalamu'alaikum w.b.t.   Di tiap akhir pembacaan, habitku menulis nama dan sedikit kata-kata bersangkutan pemahaman dan isi yang ku peroleh, padat dan ringkas. Jadinya, bila aku tatap lagi tulisan itu, aku akan ingat keseluruhan cerita, ahh lebih kepada emosiku sebenarnya ketika membaca buku tersebut.   Menangis ketika membaca sesebuah buku suatu yang biasa. Tapi buku ini, Forgotten country tulisan Catherine Chung, membuat aku menangis saat aku tulis 'emosi' itu.   Aku suka membaca tulisan Indonesia kerna bahasanya terasa dekat. Jujur. Meski lewah, ada keindahan. Tapi buku tulisan Inggeris harus dibaca dalam Inggeris dan memungkinkan aku tertinggal trek pemahaman. Bagi ku buku ini bukan yang ku cari tapi tidak bisa ku tinggal.   Seorang teman pernah berkata, 'apa yang kau cari dengan membaca?' 'Tidak tahu. Aku cuma suka  membaca'. 'Mesti tidak kau faham semua?' Aku angguk.   Dan inilah bezanya aku dengan orang-orang pinta

tanpa tajuk : episod rindu pada bapak & Ilmi

Assalamualaikum w.b.t. pengecutkah aku tersungkur jatuh pada kenangan lalu tanpa mampu untuk bangkit maju   puas sudah menangis menderitai pada kehilangan dan pergi pertemuan yang tiada kembali     pendustakah aku menerima kisah termaktub padahal tiap ujian aku melutut menangis sendiri, bicara padaMu kalau aku sebenarnya tidak mampu   kata mak, 'kerna kita insan yang kuat...'   padahal aku menangis ini.   justeru kita insan kerdil yang pasti menangis pada luka kecil. 

episod hati harus kuat- rindukan bapa

  Rinduku pada bapa tidak dimengerti pada diri sampaikan aku harus bertanya kenapa menangis lagi?     dan aku ingin bertanya lagi sejauh mana kasihku padanya? aku fikir aku terlalu rindu tapi aku juga merasakan semakin jauh jadi, aku ini benar merindukan bapa?     aku menangis tatkala rindu menerpa sampai satu masa aku pas kan rindu saja mesti menagis jadi bukan pedih, aku menangis, demi menawarkan kerinduan?     pada hati yang tersangkakan terluka disentap pada tiap kerinduan harus terus kuat kerna rindukan bapa tiada noktahnya sampai saat dipertemukan semula moga rindu ini mengajarkan untuk menghargai pada tiap momen dulu yang tiada tergantikan.

Our happy Time

Assalamualaikum w.b.t. Selepas membaca novel tulisan penulis korea tersebut berjudul 'Our Happy Time', lama aku termenung. Berfikir dan membilang, juga bertanya pada diri, sejauh itukah dendam dan sedih yang terperangkap dalam diri? Tidak, setidaknya aku punya cinta meski akhirnya ditinggalkan pergi.   Tapi.... Aku seolah memahami situasi itu, kedua peran sungguh mengemosikan. Hampir aku mengutuki diri, 'ah, apa kau tahu,Laila'.   Tapi.... Ini juga bukan bermakna kisah ku cuma sekadar sedih yang biasa. Tuhan tidak mungkin menguji di luar kemampuan hambaNya. Maknanya, tiap dari kita diberi ujian setimpal dengan kemampuan kita. Aku, ini limit ku. Begitu juga dia. Ya, kadang saat melihat orang senang kita berfikir betapa untung orang senang itu, padahal ada perkara yang dia juga tidak tertanggungkan. Dan saat melihat orang susah yang lain, kita jatuh kasihan pada nasib malangnya, padahal kesusahannya itu sesuatu yang dia menangkan, bisa tertanggungkan. Adil

wajah dan kaus

Gigil aku melihat semua arah: depan,belakang, tepi kiri dan kanan genggam tangan pucat meski tidak dingin dunia sungguh menakutkan pada wajah mulus padahal pembohong atau cuma kaus baik-baik realitinya carik,robak,koyak. berpaling mencari sosok alam, penenang supaya pandangan tadi hilang tidak mengekor ku pulang. hai semanusia, begitu pun cerita terus jalan mana yang sempat, taubat atau sedetik dua detik insaf kemudian, lagi buat sampe kita dipanggilNya, Tuhan. Gigil lagi aku  seakan meniru rentak goncangan LRT  sekejap ke kiri, sekejap ke kanan,depan kemudian belakang berdiri di tepi pintu ini aku seakan menengok jalan hidup  bila aku sampe di destinasi ada yang baru memulai perjalanan. ah, kamu si wajah tadi bila aku langkahkan kaki keluar bole jadi ini benar destinasi akhirku tinggalkan buruan wajahmu mungkin, wajah itu bisa kau tukarkan semulusnya dan kausmu itu sungguh cantik.

menoleh ke belakang

Assalamualaikum w.b.t. Buku ni tinggi sedikit bahasanya buat aku. Haha. Terkapai-kapai aku hendak cuba faham. Almaklum vocab kurang. Ia merupakan kumpulan cerpen yang berlatarbelakangkan Jepun pada zaman perang dunia kedua berserta bermulanya pengenalan kebaratan. Sudah pasti la aku tidak akan buat analisis berkenaan isi buku ni. Cuma refleksi diri, Apa yang aku dapat daripada pembacaan kali ini adalah mengenal sejarah nenek moyang sendiri. Sejarah yang kita belajar dalam teks cuma fakta, cerita dan jalan hidup masyarakat yang melaluinya tidak sampai pada kita. Itu yang aku rasa. Kita tahu waktu perang dulu susah nak cari makan, hidup dalam pelarian dan macam-macam kesulitan lagi tapi kita tiada 'kisah' yang bisa buat kita imagin waktu tu dengan lebih dekat. Paling tidak pun, imaginasi kita lebih berfigura seperti yang dipaparkan dalam media, mungkin drama, filem dan sebahagiannya dokumentari. Antara episod yang menarik perhatianku dalam buku ni adalah ketika munculny

Ibu, Doa yang Hilang

Assalamualaikum w.b.t. Karya Pak Bagas ni, benar-benar buat aku memikirkan tentang aku. Aku yang hidup bersama mak yang ibu tunggal. Semuanya bagai imbas balik kehidupan kami tanpa bapa. Meskipun tidak serupa tapi dasarnya sama, kami kehilangan tunggak rumah tangga, itulah bapa. Isinya biasa saja, tapi cukup menginspirasi insan seperti aku. Kisah benar tidak perlu penuh liku, jalan hidup itu sendiri jadi pelajaran buat kita. Aku juga berharap dapat berjaya seperti penulis, dan suatu masa nanti aku punya giliran pula menulis jalan cerita hidupku. Insha Allah. Meskipun kronologi buku ini tidak ikut urutan, tapi asal saja kita ikuti perkembangan ceritanya, tiada masalah untuk memahami. Asal tidak hilang trek. Aku jatuh cinta saat baca bait  ini " Bukankah Tuhan yang memilihku untuk menghantarmu ke dunia ini. Maka, jika aku mendampingimu dalam mengarunginya, itu bagian tugas muliaku." Terus saja ia masuk senarai buku yang ingin ku miliki, Alhamdulillah hasil bantuan s

sem lepas dan sekarang

Assalamu'alaikum w.b.t. Sudah agak lama tidak tulis-tulis sini: berteriak, bercerita & berangan-angan. Kalau dibelek-belek album lama, semester lepas, aku banyak berjalan. Tidak juga banyak betul. Cuma banyak daripada selalu. Semester lepas, ada beberapa peristiwa yang tidak terlupakan. hmmm antaranya membangunkan kawan-kawan sebilik seawal 4 subuh kerana plug bilik terbakar. hahaha Kalau ingat lagi ke'mamai'an kawan-kawan masa tu... alhamdulillah nasib juga tidak terbakar bilik kami. Litar pintas 'kecilan' saja? hmmmm Keduanya, impian belum tercapai lagi. Aku bercita-cita untuk dapat duduk di barisan hadapan masa grad nanti. Bercita-cita. Meskipun aku tahu, mak aku pun tak faham 'erti' duduk depan tu. Yang dia tahu, belajar betul-betul. Tapi, sebagai anak kampung, aku perlu sokongan biaya kalau hendak lanjut lagi. Kena lanjut lagi sebelum pulang ke lubuk, berkongsi ilmu dan pengalaman dengan orang-orang kami. Orang kampung. Ketiganya, m